digtara.com - Sempat ramai di media sosial adanya dugaan kekerasaan terhadap tenaga medis di Rumah Sakit Islam Sultan Agung (RSI SA) Semarang yang dilakukan satu keluarga pasien. Kini manajemen RSI Sultan Agung Semarang menyampaikan klarifikasi resmi terhadap peristiwa pelayanan persalinan pada 5 September 2025 lalu.
Direktur Utama RSI Sultan Agung dr Agus Ujianto Sp.B menegaskan, klarifikasi ini penting untuk meluruskan kabar simpang siur sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat.
"Kami memahami kekhawatiran publik. Banyak narasi di media sosial tidak sesuai fakta, bahkan mengaitkan pihak yang tidak terlibat. Klarifikasi ini kami sampaikan agar masyarakat mendapat informasi yang benar dan berimbang," ujarnya dalam konferensi pers di Aula RSI Sultan Agung, Senin (15/9/2025).
Manajemen menekankan, isu yang ramai dibicarakan hanya berkaitan dengan pelayanan antara pasien dan dokter yang menangani persalinan. "Informasi yang menyebut keterlibatan pihak luar rumah sakit bukan merupakan pernyataan resmi RSI Sultan Agung," ucap dr Agus
Untuk memperjelas permasalahan ini, lanjutnya, pihak rumah sakit menyampaikan kronologi singkat. Demikian kronologisnya;
Pada hari kamis, tanggal 4 September 2025, ada Pasien umum Ny. T , suami Tn. D masuk ke Rawat inap Rumah Sakit dengan jadwal persalinan pada hari Jum'at tanggal 5 September 2025. Hal tersebut didasarkan pada hasil konsultasi dokter S dan dokter A.
Kemudian pada hari Jumat, tanggal 5 September 2025, telah disepakati antara pasien dengan dokter A dan diketahui oleh dokter S. bahwa persalinan dengan menggunakan metode/ tindakan ILA. Kemudian, pada hari Jumat tanggal 5 September 2025, siang hari pasien tersebut, telah melahirkan dibantu oleh dokter S dan tenaga kesehatan dari Rumah Sakit, karena dokter A datang terlambat dan tidak jadi menggunakan metode ILA, Tn. D marah-marah kepada dokter A.
Manajemen rumah sakit telah memfasilitasi dialog antara pasien, tenaga medis, IDI Jawa Tengah, IDI Kota Semarang, Komite Medik, Dekan FH dan Dekan FK guna mewujudkan penyelesaian permasalahan secara internal, pada saat itu Tn. D mengucapkan terima kasih kepada Dokter S dan Dokter A serta permohonan maaf. "Terhadap permasalahan ini Dokter A telah menempuh jalur hukum, sehingga Rumah Sakit mengikuti proses hukum selanjutnya," jelasnya.
Terkait dugaan kekerasan yang dialami tenaga medisnya yakni dr Astrandaya Ajie dan dr Stefani yang dilakukan oleh dosen Fakultas Hukum Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang, M Dias Saktiawan yang memilih menempuh jalur hukum dengan melaporkan ke Polda Jawa Tengah, Jumat (12/9/2025) lalu, pihaknya memberikan dukungan.
Direktur Agus menegaskan, pihak direksi sudah membentuk tim advokasi internal untuk melakukan pendampingan proses hukum atas kasus yang terjadi.
"Saya sudah buat tim advokasi. Penegakan hukum itu kan nanti tentunya mengikuti hasil dari penyidikan dari para penyidik, Pak. Jadi saya enggak bisa berandai-andai, yang penting saya sebagai direksi sudah membawa tim advokasi, kemudian juga tim pengawal bagi mereka," ujar dr Agus
Ia menyatakan, dalam advokasi pihak Direksi RSI berkomitmen untuk memberikan dukungan dan perlindungan kepada dr. Astra, dr Stefani serta, mahasiswa kepaniteraan dan seluruh tenaga medis di lingkungan RSI SA. Pihaknya juga berkomitmen memberikan transparansi proses hukum yang sedang di upayakan.
Di sisi lain, ia menyatakan jika dosen Dias telah minta maaf di forum. Dalam forum itu dihadirkan beberapa pihak yang bersangkutan.
"Jadi ada IDI Jateng, ID Semarang, Komite Medis, Dekan FK, Dekan FH sudah datang semua. Dia meminta maaf seorang diri dan berterima kasih kepada dokter yang bersangkutan," tambahnya.
Ia menambahkan, mulanya memang terjadi perdamaian dengan ditandai adanya forum di atas. Namun, ternyata berlanjut di ranah hukum.
"Ya, itu kan pada awalnya karena masih si istri sudah terima kasih. Kemudian si suaminya kemarin juga datang di depan forum, saya kira kan sudah. Kemudian tinggal dr Astranya juga waktu itu ya sebenarnya sudah seperti itu, tapi kan karena ini alur aduan dan sebagainya ini silakan ke kuasa hukumnya lah," bebernya.
Saat ini, lanjutnya, dr Astra dalam pengajuan cuti selama satu bulan.
Ketika ditanya apakah kini RSI Sultan Agung ini berada di pihak dokter, ia menjawab dengan tegas jika senantiasa melindungi tenaga medis.
"(Enggak sungkan dengan Unissula, Pak) Ya enggak tuh. Ini kan urusannya beda kok. Pasien dan keluarga jangan dulu bawa-bawa ke situ," tambahnya.
Soal kondisi dr Astra terluka akibat kekerasan yang diduga dilakukan dosen Dias, Direktur Agus belum bisa berbicara. Ia menyatakan jawaban ada di visum.
"(Ada laporan visum?). Ya menurut kuasa hukum dan itu ada cuman kita kan tidak sampai ke ranah itu ya. Saya melakukan di internal sini," tandasnya
Meski tengah ada persoalan ini, dr Agus selaku Dirut meminta kepada seluruh dokter, tenaga kesehatan, dan pegawai RSI Sultan Agung Semarang agar tetap tenang, fokus, dan tetap melakukan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan profesional sebagaimana visi dan misi dari rumah sakit.
"Kami berharap masyarakat dapat melihat persoalan ini secara bijak, serta RSI Sultan Agung Semarang akan terus melangkah maju, berbenah, dan mempersembahkan pelayanan yang terbaik," pungkasnya. (San).