digtara.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak fluktuatif namun cenderung melemah pada perdagangan Selasa (21/10/2025), dengan kisaran pergerakan di Rp16.570–Rp16.600 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menutup perdagangan awal pekan sebelumnya, Senin (20/10/2025), dengan penguatan tipis 0,09% atau 15 poin ke level Rp16.575 per dolar AS.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS juga turut menguat 0,07% ke posisi 98,50.
Sentimen Global: Perang Dagang dan The Fed
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Melemah ke Rp16.630 per Dolar AS, Tekanan Datang dari Sentimen The Fed dan Tarif AS–Tiongkok Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa pergerakan rupiah masih dipengaruhi oleh faktor eksternal, terutama perkembangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China.
"Presiden AS Donald Trump menyuarakan keraguannya atas perang dagang yang berkepanjangan dengan China. Ia juga memastikan bahwa perundingan dengan Beijing tetap berjalan sesuai rencana," ujar Ibrahim, Senin (20/10/2025).
Trump disebut menilai tarif tinggi terhadap China "tidak berkelanjutan" dan berencana bertemu Presiden Xi Jinping di Korea Selatan dalam dua minggu ke depan.
Selain itu, pelaku pasar juga mencermati arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).
Pejabat The Fed Alberto Musalem dari St. Louis mendukung kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan Oktober, sementara Christopher Waller dan Neel Kashkari menilai ekonomi AS masih cukup stabil meski tekanan inflasi mulai mereda.
Faktor Domestik: BLT Kesra Rp30 Triliun
Baca Juga: Prediksi Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Akhir Pekan, Jumat 17 Oktober 2025 Dari dalam negeri, sentimen datang dari kebijakan stimulus ekonomi pemerintah.
Pemerintah mengalokasikan tambahan anggaran Rp30 triliun untuk program Bantuan Langsung Tunai Kesejahteraan Rakyat (BLT Kesra) yang akan diberikan kepada 35 juta keluarga pada periode Oktober–Desember 2025.
Namun, menurut Ibrahim, dampak kebijakan ini masih bersifat jangka pendek.
"Program berbasis konsumsi seperti BLT hanya memberi dorongan sementara. Untuk memperkuat ekonomi secara berkelanjutan, pemerintah perlu memperbesar porsi kebijakan yang mendorong ekspor, investasi, dan peningkatan kualitas SDM," jelasnya.
Proyeksi Hari Ini
Dengan mempertimbangkan dinamika eksternal dan kebijakan domestik tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup melemah di kisaran Rp16.570–Rp16.600 per dolar AS pada perdagangan Selasa (21/10/2025).
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Melemah ke Rp16.630 per Dolar AS, Tekanan Datang dari Sentimen The Fed dan Tarif AS–Tiongkok