digtara.com -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak fluktuatif namun berisiko ditutup melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (27/10/2025). Rupiah diproyeksi berada di kisaran Rp16.600–Rp16.650 per dolar AS seiring tekanan eksternal yang masih tinggi.
Berdasarkan data Bloomberg,
rupiah sebelumnya ditutup menguat 0,16% ke level Rp16.602 per
dolar AS pada akhir pekan lalu, Jumat (24/10/2025).
Di sisi lain, indeks dolar AS juga naik tipis 0,05% ke level 98,98, menandakan mata uang Negeri Paman Sam masih cukup kuat di pasar global.
Sementara itu, pergerakan mata uang di kawasan Asia terpantau bervariasi. Yen Jepang melemah 0,18%, dolar Hong Kong menguat 0,02%, dolar Singapura turun 0,07%, dolar Taiwan melemah 0,03%, sedangkan won Korea Selatan naik 0,06%.
Baca Juga: Rupiah Melemah di Akhir Pekan, Berada di Kisaran Rp16.620–Rp16.680 per Dolar AS Selain itu, peso Filipina melemah 0,04%, rupee India menguat 0,11%, yuan China naik 0,01%, ringgit Malaysia naik 0,08%, dan baht Thailand menguat 0,05%.
Sentimen Global: Pertemuan Trump–Xi dan Data Ekonomi AS
Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menilai rupiah masih dibayangi ketidakpastian global.
Salah satunya berasal dari rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan pekan depan. Pertemuan ini menimbulkan harapan akan mencairnya hubungan dagang dua negara dengan ekonomi terbesar dunia tersebut.
Selain itu, pelaku pasar tengah menunggu rilis data inflasi (IHK) AS untuk September 2025, yang sebelumnya tertunda akibat penutupan sementara pemerintahan AS. Data inflasi ini akan menjadi acuan penting bagi kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan diumumkan minggu depan.
Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi AS.
Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Melemah, Sentimen AS dan Geopolitik Tekan Pasar Faktor Domestik: Likuiditas dan Pertumbuhan Kredit
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan uang beredar (M2) pada September 2025 meningkat menjadi 8,0% (yoy), lebih tinggi dari Agustus yang sebesar 7,6%. Nilai total uang beredar tercatat mencapai Rp9.771,3 triliun.
Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 10,7% (yoy) dan uang kuasi sebesar 6,2% (yoy). Selain itu, penyaluran kredit tumbuh 7,2% (yoy), naik dari 7,0% pada bulan sebelumnya, sementara tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat meningkat 6,5% (yoy).
"Dengan kombinasi faktor eksternal dan domestik tersebut,
rupiah hari ini berpotensi bergerak fluktuatif namun tetap berisiko melemah, di kisaran Rp16.600–Rp16.650 per
dolar AS," ujar Ibrahim.