digtara.com -Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (4/12/2025), diproyeksikan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah di kisaran Rp16.620–Rp16.640. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup terkoreksi 3 poin di level Rp16.628.
Pelemahan rupiah dipengaruhi sentimen eksternal menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve pada 10 Desember 2025. Direktur PT Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi, mengatakan keyakinan pasar terhadap arah kebijakan bank sentral AS menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan mata uang kawasan, termasuk rupiah.
Spekulasi mengenai pergantian pucuk pimpinan The Fed juga menjadi perhatian pelaku pasar. Kevin Hassett, penasihat ekonomi Gedung Putih yang dikenal pro kebijakan suku bunga rendah, disebut sebagai kandidat kuat pengganti Jerome Powell. Jika terjadi, pasar menilai kebijakan moneter AS berpotensi lebih longgar.
Dari sisi domestik, OECD menilai Bank Indonesia masih memiliki ruang pelonggaran suku bunga hingga 50 basis poin. Siklus pemangkasan suku bunga sejak Agustus 2024 menurunkan BI rate dari 6,25% ke 4,75%. Namun penyesuaian suku bunga kredit dan imbal hasil obligasi korporasi dinilai belum sejalan dengan pelonggaran tersebut. Pertumbuhan kredit juga masih berada di bawah rata-rata sebelum pandemi.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Melemah Hari Ini, 1 Desember 2025: Diprediksi ke Rp16.670–Rp16.710 per Dolar AS Dalam rapat tahunan bank sentral, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan komitmen menjaga stabilitas nilai tukar melalui kebijakan terukur dan intervensi di pasar valas. Menurut manajer portofolio Gama Asset Management, Rajeev De Mello, sikap BI ini menandakan pengurangan kecenderungan dovish sebagai respons atas tekanan rupiah.
Sepanjang tahun, rupiah tercatat melemah lebih dari 3% terhadap dolar AS, menjadikannya salah satu mata uang terlemah di Asia. Investor masih mencermati risiko terkait disiplin fiskal, lemahnya konsumsi domestik, serta ketidakpastian perdagangan global. Pemangkasan BI rate sebesar 125 basis poin sepanjang 2025 juga menekan minat investor asing.
Arus keluar obligasi asing meningkat sejak September, membuat arus masuk bersih menurun ke sekitar US$20 juta. Meski pasar saham mencatat inflow dalam beberapa bulan terakhir, investor asing masih membukukan penjualan bersih sekitar US$1,8 miliar sepanjang tahun.
Rupiah sempat stabil di sekitar Rp16.664 per
dolar AS pada awal pekan ini. De Mello memprediksi rupiah berpotensi menguat ke rentang Rp16.000–Rp16.500 pada 2026 seiring melemahnya
dolar AS. Sementara Ekonom UOB Kay Hian Sekuritas, Suryaputra Wijaksana, memperkirakan rupiah berada di sekitar Rp16.700 pada akhir 2025, dengan arus keluar modal yang masih berlanjut.
Tantangan stabilitas rupiah juga terlihat dari neraca pembayaran yang mencatat kesalahan dan kelalaian bersih sebesar US$2,36 miliar, tertinggi sejak 2011. Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai angka ini dapat mencerminkan adanya dana domestik yang ditempatkan ke luar negeri namun belum tercatat.
Ahli strategi valuta asing Maybank, Alan Lau, menyebut fokus BI menjaga rupiah terlihat dari keputusan mempertahankan suku bunga dan meningkatnya lelang SRBI. Dengan ekspektasi pelemahan dolar AS di akhir tahun, ia memperkirakan USD/IDR bergerak menuju 16.600.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Hari Ini 28 November 2025: Diprediksi Melemah ke Rp16.630–Rp16.660 per Dolar AS