digtara.com | NIAS – Peternak ayam pedaging (broiler) di Kepulauan Nias, mengeluhkan beredarnya ayam broiler asal Kota Sibolga di Kepulauan Nias. Pasalnya keberadaan ayam asal Sibolga, membuat ayam produksi mereka tak laku di pasar.
Salah seorang peternak, Ama Candra mengatakan, ayam produksi mereka tak laku lantaran harga jualnya yang lebih mahal dibandingkan ayam asal Sibolga. Namun mereka juga tak bisa menurunkan harga.
Itu karena biaya produksi yang juga tinggi. Seperti untuk membeli bibit dan pakan yang relatif lebih mahal di Kepulauan Nias.
“Kita jual ke penggalas itu Rp.26 ribu-Rp.28 ribu perkilogram. Sementara harga ayam Sibolga, Rp.21 ribu-Rp.22 ribu perkilogram,â€sebut Ama Candra seperti dilansir Antara.
“Ayam produksi kita kalah bersaing, karena harga yang kita berikan itu, harga pengambilan di tempat kita. Sementara harga ayam Sibolga, itu sudah harga di tempat penggalas berjualan,â€tambahnya.
Hal senada dikatakan peternak lainnya, Serius Harefa. Ia mengaku merugi semenjak masuknya ayam dari Kota Sibolga ke Kepulauan Nias. Ia pun meminta agar pemerintah daerah di Kepulauan Nias, menertibkan ayam asal Kota Sibolga tersebut.
“Kami sudah melayangkan surat kepada Wali Kota Gunungsitoli melalui Sekretaris Daerah Kota Gunungsitoli tanggal 24 Oktober 2019. Kami meminta ini segera ditertibkan,â€pungkasnya.
Selain kerugian, keberadaan ayam asal Kota Sibolga juga meresahkan. Karena ayam-ayam itu masuk tanpa proses karantina, sehingga berpotensi membawa virus penyakit.
“Kita tentunya tidak ingin terjadi wabah di Kepulauan Nias, akibat ayam-ayam yang masuk tanpa proses karantina itu,â€tegasnya.
[AS]