digtara.com -Game Roblox kini semakin populer di kalangan anak-anak Indonesia. Namun di balik kreativitas dan kebebasan yang ditawarkannya, muncul kekhawatiran serius mengenai dampak negatif dari game ini, terutama bagi anak-anak di bawah usia 10 tahun.
Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) dan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) pun buka suara. Keduanya menyoroti pentingnya pendampingan dan kontrol orang tua terhadap anak saat bermain gim daring.
Roblox Bukan Sekadar Game
Menurut Wakil Ketua Bidang Kompetisi PBESI, Glorya Famiela Ralahallo, Roblox sebenarnya bisa menjadi media edukatif jika digunakan dengan tepat.
"Roblox bisa jadi wadah eksplorasi kreativitas anak, bahkan titik awal belajar coding atau desain game," ujar Glorya (5 Agustus 2025).
Namun, Glorya menekankan, pengawasan orang tua harus aktif karena banyak konten di dalam Roblox yang tidak tersaring dengan baik.
"Kalau dimainkan anak di bawah 10 tahun, orang tua harus super aktif. Ada konten yang mengandung kekerasan, horor, hingga interaksi yang tidak pantas," tegasnya.
Digital Parenting Jadi Kunci
PBESI mendorong orang tua untuk tidak sekadar melarang anak bermain gim, melainkan terlibat langsung dalam dunia digital mereka.
"Edukasi digital parenting penting di era sekarang. Jadilah bagian dari perjalanan digital anak, bukan hanya pengawas," ujarnya.
Glorya juga menyarankan penggunaan aplikasi parental control untuk memantau jenis game yang dimainkan serta membatasi siapa saja yang bisa berinteraksi dengan anak saat bermain.
Mendikdasmen: Roblox Bisa Rusak Mental Anak
Sementara itu, Mendikdasmen Abdul Mu'ti secara tegas melarang anak-anak bermain Roblox, terutama di jenjang sekolah dasar (SD).
Dalam kunjungannya ke SDN Cideng 2, Jakarta Pusat, Senin (4/8/2025), ia menyampaikan kekhawatirannya terhadap game yang berisi adegan kekerasan.
"Kalau di game itu dibanting, itu kan biasa. Tapi kalau dia tiru dan banting temannya, itu bisa jadi masalah," tegas Mu'ti.
Ia menilai anak-anak SD belum mampu membedakan antara realita dan fiksi, sehingga sangat rentan meniru perilaku buruk dari gim atau konten digital.
Kolaborasi untuk Lindungi Anak Digital
Mu'ti menegaskan pentingnya kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan penyedia layanan digital untuk menciptakan lingkungan online yang aman bagi anak-anak.
Sebagai bentuk keseriusan, pemerintah telah menerbitkan PP Nomor 17 Tahun 2025 melalui Program TUNAS yang mengatur tata kelola sistem elektronik dalam pelindungan anak.
"Kami mohon kepada penyedia layanan digital untuk tidak menawarkan konten yang merusak mental dan intelektual anak," ujarnya.
Tips Aman untuk Orang Tua
- Batasi waktu bermain anak.
- Gunakan parental control.
- Pantau akun dan history gim anak.
- Bangun komunikasi terbuka soal aktivitas digital.
- Pastikan anak tetap aktif secara fisik dan akademik.
Game seperti Roblox memang menyimpan potensi edukatif, namun juga membawa risiko besar jika dimainkan tanpa pengawasan. Orang tua kini dituntut lebih melek digital dan aktif terlibat dalam setiap aktivitas online anak.