digtara.com -Sidang hari keenam kasus kematian Prada Lucky Namo dengan agenda pemeriksaan saksi, Rabu (5/11/2025) menghadirkan salah satu saksi, Letda Ckm Eman Yudhi Wana Prakarsa.
Dalam sidang itu, perwira kesehatan
TNI ini mengaku diminta berbohong kepada pihak rumah sakit saat mengantar
Prada Lucky Chepril Saputra Namo.
Letda Eman Yudhi mengaku diperintahkan agar tidak menyebut bahwa prajurit muda itu telah disiksa berhari-hari di dalam markas Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan (Yonif TP) 834 Waka Nga Mere, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Letda Eman Yudhi yang bertugas sebagai perawat di barak, merupakan salah satu saksi dalam sidang lanjutan kasus penyiksaan yang menewaskan Prada Lucky.
Baca Juga: Luka Berdarah Pada Prada Lucky Diolesi Cabai Halus Oleh Prajurit Junior Sidang berlangsung di Pengadilan Militer III-15 Kupang, Rabu (5/11/2025). Dua saksi lain yang dihadirkan adalah Prada Arnoldus Seran dan Prada Jemi Langga, yang bertugas jaga pada malam-malam terakhir sebelum korban meninggal dunia.
Dalam kesaksiannya, Letda Eman menjelaskan bahwa empat senior Prada Lucky didakwa sebagai pelaku penyiksaan, yakni Pratu Ahmad Ahda, Pratu Emeliano De Araujo, Pratu Petrus Nong Brian Semi, dan Pratu Aprianto Rede Radja.
Menurutnya, kedua korban, Prada Lucky dan Prada Richard, disiksa sejak 29 Juli 2025 di rumah jaga setelah sebelumnya mendapat perlakuan keras di ruang staf intel dan staf pers.
"Saya diperintah Danki B, Letda Thariq Singajuru, untuk menyiapkan tempat di rumah jaga bagi
Prada Lucky dan Prada Richard yang sudah babak belur," kata Letda Eman.
Setelah memeriksa keduanya, ia memberikan obat berupa parasetamol tanpa membawa perlengkapan medis lengkap. "Saya berikan Paracetamol," ujarnya menjawab pertanyaan Oditur Militer, Alex Panjaitan.
Keterangan Letda Eman sempat dipertanyakan karena dianggap tidak lengkap. Ia menampik melihat luka di paha korban, meski mengaku telah melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Baca Juga: Pekan Depan Pemeriksaan Saksi Tersisa Sidang Kasus Kematian Prada Lucky "Kami cek semuanya. Banyak lukanya terutama di punggung, bekas pukulan pakai selang. Saya dengar dari letting-nya, mereka dipukuli pakai selang. Luka di kaki saya tidak lihat," ujarnya.
Oditur kemudian menegur kesaksian tersebut. "Saksi lain lihat, masa kamu yang periksa tidak? Kamu perwira kok lupa hal-hal begini," kata Oditur Alex.
Ia akui bertemu dengan keempat terdakwa tersebut. Namun ia juga membantah ada tercium bau alkohol dari mereka. Sementara dalam keterangan beberapa saksi lainnya saat itu maupun di persidangan pekan lalu menyebut para terdakwa bau alkohol.
Ia mengaku tidak rutin melakukan pemeriksaan terhadap kedua korban hari itu kendati melihat mereka terus dihukum.
"Tidak dicek lagi. Mereka sempat diantar makan dan diberi obat saja," tukasnya.
Ia kembali memberikan obat di tanggal 31 Juli 2025 karena tangan Prada Lucky membengkak.
Keesokannya, 1 Agustus 2025, ia masih memeriksa lagi kesehatan Prada Lucky pada jam 6 sore. Bengkak dari Prada Lucky belum turun akan tetapi mualnya sudah mulai berkurang. Ia kembali memberikan Paracetamol dan pereda nyeri kepada dua korban ini.
Baca Juga: Luka Berdarah Pada Prada Lucky Diolesi Cabai Halus Oleh Prajurit Junior Ia sempat menyarankan kepada Dansi Intel Thomas Awi agar keduanya dibawa ke puskesmas segera sehingga pada tanggal 2 Agustus 2025,
Prada Lucky diperiksa ke puskesmas.
Mereka mengantar menggunakan ambulans milik satuan oleh sekitar 3 prajurit termasuk dirinya. "Sekitar pukul 8 pagi sampai kurang lebih jam 12 baru selesai pemeriksaan," kata dia.
Pihak puskesmas menyarankan Prada Lucky dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aeramo, Kabupaten Nagekeo karena sudah mengidap anemia.
"Hasilnya, dari almarhum HB rendah. Sementara Prada Richard ada pengeluhan bengkak. Jadi Lucky yang disuruh rujuk ke rumah sakit," sebutnya.
Sesampainya di RSUD Aeramo ia tak menyampaikan Prada Lucky menderita karena penyiksaan. Menurut dia ini arahan dari Danki dan Dansi Intel.
"Kami antar. Rumah sakit tanya saya jawab bilang jatuh dari pohon," kata dia.
Baca Juga: Pekan Depan Pemeriksaan Saksi Tersisa Sidang Kasus Kematian Prada Lucky
Oditur memastikan lagi apakah ia berbohong soal
Prada Lucky jatuh dari bukit atau dari pohon kepada pihak RSUD Aeramo.
"Siap, seingat saya, saya bilang jatuh," jawabnya ragu-ragu.
"Lupa? Atau dilupa-lupain?" timpal Oditur. "Siap. Lupa," sahutnya.
Selepas itu ia tak memeriksa lagi hasil anamnesa dari dokter di RSUD Aeramo. Ia mengaku hanya menunggu hingga
Prada Lucky dipindahkan dari IGD ke ruang rawat inap.
"Saya tunggu sampai dipindahkan ke ruang rawat inap sekiranya jam 8 malam," tandasnya.
Ia juga terus berada di RSUD Aeramo untuk memantau Prada Lucky setiap harinya hingga dengan prajurit muda itu meninggal dunia.
Baca Juga: Lima Saksi Dihadirkan Kembali Dalam Sidang Lanjutan Kematian Prada Lucky