digtara.com – Lahan sawit warga Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat terendam air akibat uji coba proyek pembangkit listrik tenaga mikrohidro atau minihidro atau PLTM. Para korban pun meminta ganti rugi kepada PT. Thong Langkat Energi selaku pemegang proyek tersebut.
Untuk membahas masalah ganti rugi tersebut, pihak PT. Thong Langkat Energi, pihak Kecamatan Kutambaru, warga terdampak, Koramil dan pihak kepolisian melakukan pertemuan di Kantor Kecamatan Kutambaru, Senin (13/12/21).
Dalam pertemuan tersebut, General Manager PT. Thong Langkat Energi, Berman Pasaribu mengatakan, pihaknya berjanji akan memberikan ganti rugi sebesar Rp6.000.000 setiap satu rante bagi yang mempunyai alas hak tanah.
Sementara bagi yang tidak memiliki alas hak akan diberikan kompensasi sebesar Rp150.000 bagi setiap rante ukuran tanah.
“Kami akan berikan ganti rugi itu, tapi kami sanggup dan hanya memiliki anggaran senilai yang telah kami sebutkan,” ungkap Berman Pasaribu.
“Untuk saat ini sudah 65 persen masyarakat yang menerima ganti rugi. Sementara 35 persen lagi masih dalam proses,” ujarnya saat melakukan pertemuan dengan masyarakat terdampak.
Sementara itu, Akor, warga yang lahannya juga terdampak menolak harga yang diberikan oleh pihak PT. Thong Langkat Energi.
“Kami tidak mau kalau ganti rugi semakin turun. Sebab sebelumnya ganti rugi Rp 12 juta, tapi sekarang malah Rp 6 juta per-rante,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Akor, harga yang ditawarkan juga tidak sesuai dengan hasil panen yang ada.
“Kalau hanya dengan harga segitu, pihak PT. Thong Langkat Energi yang untung, kami yang rugi, makanya kami menolak keras dengan harga segitu,” cetusnya.
Hingga saat ini, belum ada titik terang masalah ganti rugi ini. Kedua belah pihak belum menemukan kata sepakat terkait hal tersebut.