digtara.com - Kepala Kepolisian Daerah NTT, Irjen Pol. Daniel Tahi Monang Silitonga, memimpin apel di Polda NTT, Senin (5/5/2025) di lapangan Polda NTT.
Kapolda memberikan arahan yang sarat wawasan dengan mengangkat tema tentang perubahan peradaban manusia dari masa ke masa.
Titik tekan pada perkembangan revolusi industri dan dampaknya terhadap kehidupan sosial, budaya, hingga pola pikir masyarakat.
"Kita harus memahami sejarah dan perkembangan zaman untuk bisa menempatkan diri dengan benar di tengah arus globalisasi yang semakin cepat. Jangan sampai kita sebagai aparat negara justru tertinggal karena tidak mau belajar dan beradaptasi," ujar Kapolda NTT.
Dengan semangat edukatif, Kapolda menjelaskan bahwa revolusi industri telah mengalami empat fase besar, dari era agraris, era mekanisasi, era digitalisasi hingga kini memasuki era artificial intelligence (AI) dan big data.
Kapolda bahkan menyentil soal bagaimana algoritma digital saat ini bisa mengendalikan preferensi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
contohnya, konten di media sosial. "Siapa yang menguasai data, dia yang menguasai dunia. Maka penting untuk kita tidak hanya gagah dalam seragam, tetapi juga cerdas dalam berpikir, adaptif dalam bertindak, dan bijak dalam mengambil keputusan," ujar jenderal polisi bintang dua ini.
Kapolda juga menyoroti pergeseran nilai sosial masyarakat saat ini, termasuk meningkatnya sikap apatis, krisis identitas, dan kecenderungan menggantikan nilai-nilai kemanusiaan dengan ketergantungan pada teknologi.
Kapolda mengingatkan bahwa tugas kepolisian kini tak hanya menjaga keamanan, tetapi juga menjadi benteng moral dan nilai luhur bangsa di tengah masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Irjen Pol. Daniel menggarisbawahi empat kebijakan utama yang menjadi pegangan seluruh jajaran Polda NTT tentang kesiapsiagaan tanpa kompromi.
"Kalau apel pagi saja terasa berat, tanyakan pada dirimu, apakah saya masih layak menjadi polisi?" tegasnya.
Diingatkan pula agar polisi menjaga jati diri sebagai pelayan masyarakat.
Seorang polisi, kata Kapolda, harus memiliki sifat seperti garam dan cabe.
"Kalau tidak asin, buang. Kalau tidak pedas, juga dibuang. Kalau kamu tidak melayani, masyarakat akan menolakmu," tegas Kapolda.
Selain itu, kolaborasi lintas sektor. "Tidak ada yang hebat sendirian. Kita butuh kerja sama dengan TNI, pemerintah, tokoh agama dan seluruh elemen masyarakat," tambah Kapolda.
Disisi lain diingatkan agat menjadi pribadi yang bisa diandalkan.
"Di manapun kamu berada—rumah, kantor, lingkungan sosial—jadilah orang baik yang dirindukan. Kalau kamu tidak ada, orang harus berkata: 'Kurang satu orang baik di sini," pesan Kapolda NTT.
Peringatan juga diberikan kepada oknum anggota yang mencoreng nama institusi.
Kapolda secara terbuka mengaku prihatin terhadap laporan pelanggaran disiplin dan moral yang dilakukan oleh sebagian kecil anggota.
Kapolda menegaskan akan bertindak tegas terhadap siapapun yang tidak mampu menjaga kehormatan seragamnya.
"Kalau kamu tidak bisa jaga harga dirimu, jangan berharap seragam ini bisa menyelamatkanmu. Pakaian ini mulia. Jangan kau nodai hanya karena hawa nafsu dan ego pribadi," ujar Kapolda NTT.
Irjen Pol Daniel juga memberikan motivasi inspiratif.
Kapolda mengajak seluruh personel Polda NTT untuk memulai hari dengan niat tulus melayani, karena sikap positif di pagi hari akan menular sepanjang waktu.
"Seperti kucing yang masuk ruangan penuh cermin. Kalau kamu tersenyum, semua cermin akan membalas senyum. Tapi kalau kamu marah, ribuan cermin akan memantulkan kemarahanmu. Maka mulai pagi ini—tersenyumlah," pesan Kapolda NTT.