digtara.com - Setelah publik dihebohkan oleh link video Andini Permata, kini muncul narasi baru yang menyeret nama selebgram asal Malaysia, Izza Blunder. Video berdurasi 13 menit 22 detik yang diklaim menampilkan sosok Izza tersebut dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial seperti TikTok, X (Twitter), dan Telegram.
Seperti kasus sebelumnya, penyebaran tautan ini diduga kuat merupakan bentuk pencatutan nama tanpa dasar dan bertujuan menyebarkan konten ilegal.
Modus Phishing dan Malware Berkedok Skandal
Pakar keamanan siber mengingatkan bahwa link semacam ini umumnya merupakan umpan berisi malware, phishing, atau bahkan konten pornografi palsu yang tidak melibatkan tokoh yang namanya dicatut.
"Konten ini mengeksploitasi popularitas sesaat figur publik untuk menarik klik dan menyebarkan virus atau mencuri data pribadi pengguna," ujar salah satu pemerhati keamanan digital.
Dalam kasus ini, nama Izza Blunder digunakan tanpa bukti keterlibatan, menjadikan kasus ini berbeda dari dugaan video Andini Permata. Pola yang digunakan mirip: mencatut nama publik figur yang tengah viral untuk memancing rasa penasaran publik.
Dampak Hukum dan Sosial
Masyarakat diimbau untuk tidak mengklik atau menyebarkan link mencurigakan. Selain berisiko menjadi korban penipuan digital, tindakan tersebut juga melanggar hukum.
Penyebaran konten asusila yang mencatut nama seseorang, baik asli maupun palsu, termasuk pelanggaran terhadap:
- UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) di Indonesia
- Undang-Undang Komunikasi dan Multimedia di Malaysia
Literasi Digital: Jangan Jadi Bagian dari Penyebar Hoaks
Fenomena pencatutan nama ini menunjukkan betapa cepat dan kejamnya siklus fitnah di dunia maya.
Saat seseorang viral karena suatu kontroversi, tak jarang mereka menjadi target empuk untuk serangan berikutnya.
Publik perlu bijak dalam menyikapi isu viral:
- Jangan klik tautan tak dikenal
- Jangan sebarkan informasi belum terverifikasi
- Laporkan konten mencurigakan kepada platform terkait
Kasus "video Izza Blunder" adalah contoh nyata eksploitasi nama publik figur oleh pihak tak bertanggung jawab untuk menyebarkan konten hoaks dan malware. Waspada, jangan jadi korban selanjutnya.
Edukasi diri dan lingkungan sekitar tentang bahaya fitnah digital dan serangan siber adalah langkah penting menuju ruang digital yang lebih sehat.
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerjasama digtara.com dengan suara.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggungjawab suara.com.