digtara.com – Pedagang komoditi sayuran dan holtikultura di Pasar Induk Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan kian menjerit. Itu karena omzet penjualan mereka tergerus hampir 60 persen akibat sepinya pembeli.
Seperti pengakuan Ahmad, pedagang cabai rawit di Pasar Lau Cih. Ia mengaku sejak pandemi virus korona (covid-19) permintaan cabai rawit menurun drastis. Itu terjadi karena daya beli masyarakat yang juga menurun.
Lemahnya permintaan terjadi saat stok cabai rawit melimpah. Akibatnya pedagang pun tak dapat memanfaatkan secara maksimal pendapatan mereka.
Sabtu kemarin, harga jual cabai rawit masih sempat berada di Rp31 ribu per kilogram. Tapi hari ini, turun menjadi Rp25 ribu-Rp27 ribu per kilogram.
“Itulah bang harga udah sejak kemarin gak tentu. Apa lagi musim wabah begini, orang yang beli pun sedikit. Kalo enggak laku terpaksa turunin harga,” ujarnya Ahmad, Minggu (09/8/2020).
“Sebelum ada Covid -19 omzet bisa mencapai Rp500 ribu perhari. Sekarang hanya di kisaran Rp100 ribu hingga Rp200 ribu perhari,” tambahnya.
Ironisnya penurunan omzet itu terjadi di tengah tingginya biaya berjualan di Pasar Lau Cih.
“Pedagang terpukul telak, padahal ini biaya sewa lapak aja Rp 500.000 perbulan. Belum lagi bayar lampu Rp 5.000 perhari. Bayar keamanan Rp 5.000 perhari serta untuk cukai Rp 7.000 perhari,” katanya.
Penjualan hari ini pun sekadar untuk membalikkan modal dan itupun sudah rugi ongkos pulang dan pergi, karena pembeli yang sepi. Bila dikalkulasikan secara kasar, sebelum adanya Covid-19, daya beli turun capai 60 persen. Adapun setiap hari pedagang pasar Induk Lau Cih mulai beroperasi dari 22.00 Wib hingga 09.00 WIB.
[MAG-2/AS]
https://www.youtube.com/watch?v=auEGDEG99kk
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.
Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Lau Cih Menjerit