digtara.com - Laga perdana
Piala Kemerdekaan 2025 di Stadion Utama Sumatera Utara menyuguhkan drama yang memadukan adu strategi, tensi tinggi, dan cuaca ekstrem. Timnas
Indonesia U-23, atau Garuda Muda, bukan hanya harus menghadapi Timnas Tajikistan, tetapi juga hujan deras yang mengguyur sepanjang pertandingan.
Dengan tekad kuat untuk meraih tiga poin pertama, pasukan Nova Arianto langsung tampil menyerang sejak peluit kick-off dibunyikan. Namun, jantung para pendukung sempat dibuat berdegup kencang ketika gawang Indonesia bergetar di menit ke-9. Untungnya, gol tersebut dianulir karena offside.
Kelegaan itu menjadi pemicu semangat. Pada menit ke-34, Mochammad Mierza berhasil memecah kebuntuan. Sundulan tajamnya yang memanfaatkan umpan matang tak mampu dibendung kiper Tajikistan. Skor 1-0 membuat suporter bersorak di tengah guyuran hujan.
Sayangnya, keunggulan itu hanya bertahan dua menit. Tajikistan membalas cepat lewat sepakan keras yang merobek gawang Indonesia, mengubah skor menjadi 1-1. Kedudukan tersebut bertahan hingga babak pertama usai, meninggalkan rasa waswas di benak para pendukung.
Memasuki babak kedua, Garuda Muda kembali mengancam. Hasilnya, pada menit ke-50, umpan silang akurat disambut sundulan Fadly Alberto yang menggetarkan jala lawan. Stadion kembali bergemuruh, dan skor 2-1 seakan membuka jalan menuju kemenangan.
Namun, sepak bola selalu menyimpan kejutan. Saat pertandingan memasuki menit ke-90, Tajikistan melancarkan serangan cepat dari lini tengah. Dalam sekejap, gawang Indonesia kembali kebobolan. Skor 2-2 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Meski hasil imbang ini terasa pahit, pelatih Nova Arianto menegaskan bahwa timnya mendapat pelajaran berharga di awal turnamen. Ia mengingatkan bahwa untuk meraih prestasi di level internasional, fokus dan determinasi harus dijaga hingga detik terakhir.
Perjalanan Garuda Muda di Piala Kemerdekaan 2025 masih panjang. Laga berikutnya menjadi kesempatan untuk bangkit dan membuktikan bahwa mereka siap terbang lebih tinggi di pentas dunia.