digtara.com - Old Trafford kembali jadi saksi bisu keterpurukan Manchester United. Pada laga perdana Premier League 2025/2026, Minggu (17/8), tim berjuluk Setan Merah harus menyerah 0-1 dari tamunya, Arsenal.
Gol tunggal sundulan bek muda Italia, Riccardo Calafiori, bukan hanya meruntuhkan harapan suporter tuan rumah, tetapi juga menorehkan catatan buruk bagi pelatih United, Ruben Amorim.
Rekor Buruk Amorim
Menurut data OptaJoe, kekalahan ini menandai hasil negatif ke-15 Amorim dalam 28 pertandingan Premier League. Rinciannya:
⦁ 7 kali menang
⦁ 6 kali imbang
⦁ 15 kali kalah
Statistik tersebut menjadikan Amorim sebagai manajer tercepat yang mencapai 15 kekalahan di Premier League—tanpa status menangani tim promosi. Catatan suram serupa terakhir kali dialami Paul Hart bersama Portsmouth pada 2009, yang butuh 27 laga untuk mencapai jumlah kekalahan tersebut.
Luka Lama United
Kekalahan kontra Arsenal kembali membuka kelemahan klasik United: rapuh dalam menghadapi bola mati, khususnya sepak pojok.
Opta mencatat sejak awal musim 2023/2024, United sudah kebobolan 23 gol dari situasi sepak pojok—terburuk di Premier League. Ironisnya, lawan mereka kali ini justru tim yang paling produktif lewat skema serupa. Arsenal telah mencetak 31 gol dari sepak pojok, dan gol Calafiori jadi bukti nyata.
Ia berdiri bebas tanpa kawalan menyambut umpan matang Declan Rice. Kiper Altay Bayındır hanya terpaku saat bola bersarang ke gawangnya. Old Trafford pun terdiam.
Rekrutan Mahal Belum Bicara
Secara permainan, United sempat unggul dalam penguasaan bola. Namun, keunggulan itu tak berbuah ancaman nyata.Tiga pemain anyar—Benjamin Sesko, Matheus Cunha, dan Bryan Mbeumo—masih gagal memberi dampak signifikan.
Lini tengah pun kehilangan daya magis. Bruno Fernandes berupaya mengatur alur serangan, tapi distribusi bola kerap terputus di sepertiga akhir. United seperti menguasai jalannya laga, tapi tumpul di depan gawang.
Rekor 1-0 Arsenal
Ada fakta menarik yang menambah getir kekalahan ini. Seluruh enam kemenangan tandang Arsenal di Old Trafford di era Premier League selalu hadir dengan skor identik: 1-0.
Catatan itu memperlihatkan betapa disiplin dan efektifnya pasukan Mikel Arteta dalam laga-laga besar. Arsenal tak perlu pesta gol, cukup satu momen, satu celah, dan mereka tahu cara menghukum lawan.