digtara.com - Diduga Komisi Pemilihan Umum (KPU) tebang pilih dalam mengundang wartawan untuk meliput proses rekapitulasi penghitungan suara di tingkat Kota Tebingtinggi.
Kegiatan rapat pleno hasil rekapitulasi perolehan suara pemilu 2024 tingkat Kota Tebingtinggi itu digelar di aula salah satu hotel di Jalan Sudirman, Kelurahan Sri Padang Kota Tebingtinggi, Kamis (29/02/2024).
Padahal sudah jelas dalam surat undangan tersebut yang terlampir nomor: 243/PL.01.8-Und/1276/2/2024, Perihal : undangan rekapitulasi hasil perhitungan perolehan Suara Tingkat Kota Tebingtinggi Pada Pemilihan Umum Tahun 2024.
Undangan yang ditandatangani langsung oleh ketua KPU kota Tebingtinggi Emil Sofian, terlihat hanya 6 media saja yang diundang KPU.
Di antaa media yang diundang tersebut adalah Harian Sumut Pos, Metro TV, Harian Sinar Indonesia Baru (SIB), TV ONE, Today.com dan wartawan You Tube Indonesia Monitoring.
Hal ini membuat sejumlah awak media yang bertugas di Kota Tebingtinggi merasa kecewa dengan keputusan KPU Tebingtinggi tersebut.
salah seorang awak media, Ridwan Manurung, mengaku sangat kecewa dan kesal terhadap kinerja ketua KPU kota Tebingtinggi.
"Ketua KPU dinilai tebang pilih mengundang wartawan dalam rapat pleno rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara tingkat kota Tebingtinggi pada pemilihan umum tahun 2024," kesal Ridwan.
Ridwan menilai seolah-olah KPU kota Tebingtinggi tidak mau berkolaborasi atau bermitra kepada insan pers.
"Seakan rekapitalisasi yang digelar KPU ini tidak mau dipublikasikan dan disebarluaskan, agar masyarakat kota Tebingtinggi tidak mengetahui hasil perolehan rekapitulasi tersebut," tutup Ridwan.
Sementara itu, Ketua KPU kota Tebingtinggi Emil Sofyan, saat dikonfirmasi di sela-sela rekapitulasi, membenarkan pihaknya hanya mengundang beberapa media saja.
"Kita memang ada membatasi sejumlah wartawan untuk masuk meliput Rapat pleno rekapitulasi perolehan suara,d. Dalam isi undangan tersebut hanya ada 6 media saja yang kita undang. Jadi bagi wartawan yang di luar dari undangan bisa meliputi di luar sesuai batas yang sudah ditentukan," terang Emil.
Pembatasan itu, lanjut Emil, mengingat kondisi ruangan yang digunakan untuk proses rekapitulasi perhitungan suara terbatas.
"Kalau semua wartawan yang kita undang masuk ke dalam untuk meliput kegiatan tersebut, kita takut nanti di lokasi tersebut menjadi padat, sebab lokasi tersebut pun tidak terlalu besar dan terbatas," tutupnya.